Kisah Dibalik Sebuah Cinta
Kadang-kadang aku bosan dengan keadaanku. Aku bosan dengan
kehidupan kantor, bosan dengan kehidupan sekitarku, bahkan bosan dengan diriku
sendiri. Aku seperti sedang menonton film tentang diriku sendiri yang alurnya
begitu lamban dan ceritanya sangat monoton. Ingin rasanya aku berteriak pada
seisi dunia, kenapa hidup ini begitu membosankan? Kata temanku,, Eliana, ada 2
hal yang membuatku cepat bosan.Pertama, katanya aku ini orangnya terlalu sibuk
dan serius dalam kerjaan. .Ah, tidak juga. Malah kadang menurutku aku ini masih
lumayan santai dibandingkan teman-temanku yang lain. Lalu kedua, kata Eliana
karena aku belum punya pacar. Yaa...aku memang belum punya pacar lagi setelah
putus dari pacar pertamaku. Bukannya aku tidak mau atau tidak tertarik, tapi
sebenarnya karena aku belum siap. Atau lebih tepatnya lagi.......karena aku
belum bisa melupakan seseorang yang tidak boleh aku cintai.
“Al, ayoo pulang,,,,” tiba-tiba suara Eliana membuyarkan
lamunanku. Temanku yang satu ini memang sangat berbeda dengan yang lain.
Penampilannya cuek, rambut dicat merah, dan suaranya cetar membahana badai. El
adalah temanku dari SD. Banyak hal yang telah kami lewati bersama, mulai dari
suka maupun duka. Kami pun sempat terpisahkan saat kelas 1 SMP. Saat itu El
pindah ke Bandung mengikuti ayah dan ibunya. Namun perpisahan kami tidak
terlalu lama karena ketika SMA El kembali lagi kesini. Sejak saat itulah aku
dan El semakin akrab, bahkan sampai sekarang kita menjadi sahabat plus rekan
kerja yang solid.
Ku masukkan laptop ke dalam tas dan segera ku langkahkan
kaki menuju koridor. Di hari yang cerah ini rasanya ingin sekali segera sampai
di rumah tanpa harus melakukan perjalanan panjang. Pekerjaan di kantor
benar-benar membingungkan dan membuat lelah. Yang aku ingin sekarang hanya pulang,
tidur,,emm,,lalu,,,
“Al, tunggu!”
Seketika langkahku terhenti. Hatiku berdegup kencang saat
mendengarnya. Suara itu,,, ohh noo,,,, Secepatnya ku membalikkan badan,
tersenyum dan bersikap sewajarnya pada mereka. “Hai Bob, hai Darwin.” Sebagai
catatan, Bobby dan Darwin bukanlah cowok biasa, mereka cowok luar biasa. Bobby
adalah wakil direktur di perusahaan tempatku bekerja. Cowok berpenampilan cool
itu memang sangat menarik terutama menarik perhatian semua karyawati di kantor.
Wajahnya yang menawan, tinggi semampai, kulit putih, senyuman secemerlang iklan
pasta gigi, dan juga tatapan 1000 watts. Pokoknya ia tipikal cowok idaman
setiap cewek deh...
Satu lagi yang tak kalah kerennya yaitu Darwin. Ya, namanya Darwin. Orangnya asyik, mudah bergaul, banyak teman, suka
petualangan, namun sayang kalau sama cewek juteknya minta ampun. Darwin adalah
teman dekat Bobby. Orang yang terkenal dengan juteknya itu memang cekatan dalam
segala hal, maka tak salah kalau bos menempatkannya di bagian administrasi.
Kinerja Darwin memang tak diragukan lagi. Semua yang dia kerjakan pasti bagus
dan luar biasa. Banyak hal yang bisa dibanggakan dari diri Darwin, kecuali
kejutekannya. Cowok berpenampilan calm itu kerap kali menjadi perhatian banyak
cewek di kantorku, seperti halnya pada Bobby.
“Kau tak lupa dengan acara kita malam ini kan?”
“Hah, acara??”
“Kau lupa? Aku kan mengajakmu makan malam di rumah
El.”
“Oh, iya..iya..aku ingat ko. Jam 7 kan?”
“Siip,,aku tunggu di rumah El ya.”
Mereka pun berlalu dari pandanganku. Aku terdiam sesaat
melihat kepergian mereka. Ya ampun aku memang benar-benar lupa kalau malam ini
akan ada acara di rumah El. Ternyata rencanaku untuk menghabiskan waktu di
rumah akan sirna seketika.
Di depan rumah El sudah terparkir 2 mobil mewah.
Pasti itu mobilnya Bobby dan Darwin. Aku pun segera masuk. Disana kudapati El
dan Bobby sedang asyik berbincang-bincang, sedangkan Darwin sedang sibuk dengan
laptopnya.
“Hai semuanya, maaf aku telat, tadi jalanan macet.”
“Oh My God, Al,,kita itu udah nunggu kamu dari tadi
lho,,” El mencibir dengan sedikit senyuman manja kemudian menghampiriku dan
mengajakku menyiapkan makanan. Sebenarnya makan malam ini diadakan untuk
merayakan anniversary Bobby dan El. Ya, mereka memang resmi pacaran satu tahun
yang lalu, bahkan mereka sudah membicarakan tentang pertunangannya yang akan
dilaksanakan beberapa bulan lagi. Jujur aku merasa sakit mendengar mereka
membicarakan hal itu. Bukan karena aku iri tapi karena Bobbylah calon tunangan
El. Dahulu, jauh sebelum El masuk ke perusahaan tempatku bekerja, aku memang
sudah dekat dengan Bobby. Bahkan teman-teman kerjaku menyangka kalau kami itu
pacaran. Namun semua berubah ketika El masuk. Kedekatan kami pudar seketika.
Tak ada canda tawa lagi, bahkan komunikasi pun kini semakin terbatas. Aku masih
ingat jelas kapan mereka jadian. Lebih tepatnya hari Minggu. Waktu itu
pagi-pagi buta aku menerima pesan singkat dari El.
Tlp aku skrng. Pnting!!!!
Segera ku sambar
telepon genggamku dengan was-was. Hatiku cemas,,takut terjadi sesuatu pada El.
Tapi begitu El mengangkat teleponnya yang terdengar hanya teriakan El.
“Tadi malam Bobby
ke rumah. Dia nembak aku. Nembak aku Al....!!”
Saat itu seluruh
tubuhku serasa membeku. Suara tawa El semakin lama semakin hilang. Lantai
tempatku berpijak seakan rawa yang siap menenggelamkanku hidup-hidup. Saat itu
aku merasa dunia pun hancur. Harapan aku bersama Bobby sirna sudah. Orang yang
selama ini aku inginkan malah jadian dengan teman baikku sendiri. Oh sungguh
kenyataan yang luar biasa menyakitkan. Akan adakah yang menyakitkan lagi
setelah ini???
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 tepat. Makan malam
pun kami mulai. Namun sebelum dimulai, Bobby meminta El untuk menyebutkan
keinginannya. Tanpa ragu El menyebutkan harapannya untuk hubungan mereka. El
ingin segera menjalin hubungan yang lebih serius dengan Bobby, pernikahan, ya
pernikahanlah yang El inginkan. Bobby tersenyum mendengar perkataan El seolah
ia menjawab kalau semua harapan El akan segera terlaksana. Aku pun ikut
tersenyum meskipun hati ini terasa sangat hancur.
Makan malam selesai dan kini saatnya aku pulang.
Rasanya aku ingin segera berada di rumah tuk menghilangkan semua kelelahan dan
rasa sakit yang aku rasakan. Namun sebelum pulang, El meminta agar Darwinlah
yang mengantarku pulang ke rumah karena aku tak bawa kendaraan. Aku menolaknya.
Bagaimana mungkin aku mau diantar sama orang yang super jutek seperti dia. Apa
jadinya perjalananku nanti?? Aku terus menolak, namun El dengan segenap
kemampuannya terus memaksaku. Akhirnya aku pun bersedia diantar Darwin.
Di sepanjang perjalanan aku terdiam. Entah apa yang
aku pikirkan tapi yang pasti malam itu benar-benar malam yang menyebalkan. Tiba-tiba terdengar suara dari orang yang
berada disampingku.
“Sudahlah,, kalau jodoh tak akan kemana.”
Aku tercengang mendengar perkataannya itu.
Sepertinya dari tadi Darwin memperhatikan semua tingkah lakuku. Darwin memang
tau kalau aku menaruh harapan pada Bobby, jadi tidak salah kalau dia mengatakan
hal itu padaku. Tak sepatah kata pun yang dapat ku ucapkan untuk menanggapi
perkataannya. Aku berpikir sejenak. Kata-kata Darwin memang sangat benar, kalau
jodoh toh tak akan kemana. Semuanya pasti akan kembali pada tulang rusuk
masing-masing. Aku tersenyum sendiri memikirkan hal itu, namun aku langsung
tersadar kalau ada seseorang yang sedang memperhatikanku. Waktu seakan cepat
berlalu. Tanpa terasa aku sudah sampai di halaman rumah. Dengan basa-basi aku
pun mengajak Darwin masuk, namun dia menolak dengan alasan ingin segera pulang,
dan akhirnya dia pun berlalu.
Malam sudah semakin larut, namun aku masih belum
bisa memejamkan mata. Ku buka laptop, lalu segera ku buka alamat website yang
selalu menemani kejenuhanku, facebook. Ya facebooklah yang selalu ada pada
saat-saat seperti ini. Tanpa pikir panjang akupun buka beranda dan langsung update
status:
Malam...
Ketika semua suara larut dalam
kesunyian
Hanya terdengar getaran dalam
dada
Entah apa yang aku pikirkan
Entah apa yang aku rasakan
Aku seperti melihat hamparan
laut yang lepas
Berjalan di atas hamparan itu
Hanya ditemani remang cahaya
bulan
Sendiri,,,sepi,,,
Beberapa detik kemudian terdengar suara
pemberitahuan. Lalu ku lihat dan ku baca pesan itu:
Saat
harapan tak sesuai dengan keinginan, saat itulah kita diuji kesabaran.
Seketika mataku terbelalak melihat pesan itu. Bukan karena isi pesannya,
tapi karena nama yang mengirim pesan
itu,. “Darwin Hadirega”. Aku diam beberapa saat. Rasanya tak percaya orang yang
terkenal dengan kejutekannya itu mengirimkan sebuah pesan untukku. “Benarkah
dia?” tanyaku dalam hati. Kembali ku perhatikan pesan itu baik-baik, seakan-akan pesan itu benar-benar sesuatu
yang tak pernah aku terima sebelumnya.
Aku pun memutuskan untuk segera menutup akun dan
bersiap-siap untuk tidur. Ku masukkan laptop ke dalam tas. Namun pikiranku
masih terbayang pada pesan yang di kirim Darwin. “Benarkah itu? Benarkah dia
yang mengirim pesan itu?” hanya pertanyaan itulah yang terlintas dalam hatiku.
Ku rebahkan tubuhku di atas kasur. Beberapa kali ku coba memejamkan mata, namun
tetap saja aku tak bisa. Kini kegelisahan benar-benar sedang menghantui
pikiranku. Tiba-tiba HP-ku berdering,,“kringg”,,,tanda sebuah pesan masuk.
Rasanya malas sekali kalau aku harus bangun dan mengambil HP di atas meja,
namun akhirnya ku paksakan juga untuk mengambil HP itu.
Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
“Ughh,,,dasar orang iseng, sms ko malam-malam.” Celotehku sambil melempar HP ke
atas kasur tanpa ku baca apa isi pesan itu. Kembali ku rebahkan tubuh ini
berharap rasa kantuk segera datang, tapi tetap hasilnya nihil. Seketika ada
rasa penasaran dalam hatiku tentang pesan itu. “Siapa ya yang mengirim pesan
malam-malam begini?” Ku ambil HP lalu ku buka pesan itu.
Tidur yang nyenyak seolah tak ada ragu. Seolah tak ada
masa depan yang aku janjikan. Namun percayalah malam ini pikiranku tentangmu.
(Darwin)
“Ya Tuhan,,ini Darwin. Darwin Hadirega. Orang super
jutek ini mengirimkan pesan untukku.” Aku diam membisu setelah membaca pesan
itu. Rasanya tak percaya dengan apa yang aku alami malam ini. Tapi anehnya aku
merasakan sebuah kebahagiaan yang tak terhingga.
Hari ini untuk pertama kalinya aku pergi ke kantor dengan
semangat yang luar biasa. Ragaku memang masih dalam mobil namun pikiranku sudah
sampai kantor. Rasanya aku ingin sekali bertemu dengan orang yang semalam
beriku pesan. Ku tancap gas dan ku ambil jalan pintas yang biasa aku lewati.
Perjalanan berlalu sangat cepat hingga akhirnya aku sampai juga di kantor. Ku
ambil tas lalu segera ku berjalan cepat menuju ruangan tempatku bekerja. Baru
saja kakiku berpijak di depan pintu, tiba-tiba HP-ku berdering. Sebuah pesan
masuk dari Darwin.
Maaf, hari ini saya datang terlambat!
Seketika
langkahku terhenti setelah baca pesan itu. Ya ampun ternyata dia belum datang,
padahal dari rumah aku sangat berharap bertemu dengannya. Jalanku semakin
lamban. Entah apa yang sedang aku pikirkan tapi yang pasti aku merasa
kehilangan saat dia tak ada.
Pekerjaan
berjalan seperti biasanya. Namun sudah hampir setengah hari Mr. Jutek itu belum
nampak jua batang hidungnya. Aneh,,tak seperti biasanya dia seperti ini. Tiba-tiba
pintu terbuka, krekk,,, Pandanganku langsung tertuju pada suara pintu itu,
berharap yang datang adalah orang yang dari tadi aku tunggu. Ternyata benar,
itu adalah Darwin. Aku merasa senang saat tahu kalau itu Darwin. Sebenarnya aku
heran pada diriku sendiri. Mengapa aku bisa sebahagia itu?? Apa karena semalam
Darwin mengirim pesan untukku?? Ah, entahlah aku sendiri tidak pernah tahu
jawabannya.
Ku alihkan
pandangan pada laptop di depanku. Mencoba bersikap biasa seolah tak pernah
terjadi apa-apa. Tapi apa yang terjadi?? Darwin tiba-tiba tersenyum dan
menyapaku. Saat itu tubuhku seolah melayang di angkasa. Tak pernah ku duga
orang sejutek itu bisa tersenyum dan mengeluarkan suara indahnya. Ku balas
senyumnya namun tak sepatah katapun terucap dari bibirku. Aku merasa
benar-benar bahagia meski orang lain tak tahu dengan apa yang aku rasakan.
Waktu sudah
menunjukkan pukul empat tepat. Sudah saatnya aku bersiap-siap untuk pulang.
Sebelumnya ku bereskan buku-buku di atas meja dan segera berjalan menuju
parkiran. Di parkiran ku dapati Darwin dan Bobby. Mereka sedang asyik ngobrol
di depan mobilnya masing-masing. Langkah kakiku sengaja ku percepat berharap
mereka berdua tak melihat kedatangnku. Namun semua itu sia-sia. Dari pertama
datang ke parkiran ternyata Darwin sudah melihatku. Ku abaikan hal itu, lalu
secepatnya ku memasuki mobil. Baru saja aku duduk, tiba-tiba terdengar suara
ketukan pada kaca mobilku. Akhirnya aku pun membuka kaca. Ternyata itu Darwin.
Aku heran dengan kedatangan Darwin. Belum sempat ku bertanya, tiba-tiba Darwin
memberiku sebuah bingkisan. Rasa kaget menyelubungi hatiku saat itu, namun
tanpa bicara apa-apa Darwin segera berlalu dari hadapanku. Segera ku membuka
pintu dengan maksud ingin mengejar Darwin, namun sayang Dia sudah terlanjur
pergi. Aku termenung menatapi bingkisan itu, akhirnya tanpa ragu ku buka juga
bingkisan yang Darwin berikan. Coklat...ya bingkisan itu isinya coklat.
Sebenarnya apa maksud Darwin memberiku coklat? Ah, entahlah Dia memang orang
aneh yang sikapnya sulit untuk ditebak.
Waktu terus bergulir. Kedekatan aku dan Darwin pun semakin tak dapat
dipungkiri lagi. Bahkan, kini kami sudah resmi bertunangan. Saat ini dunia
benar-benar serasa sangat indah. Suasana kantor bak sebuah istana yang siap
dihuni raja dan permaysurinya. Kebahagiaan benar-benar sedang ada dalam
genggamanku saat ini. Sebelumnya hubungan kami memang sempat terpisahkan oleh
sesuatu yang tak jelas. Saat itu tiba-tiba Darwin berubah dan berusaha
menjauhiku tanpa sebab. Hatiku sempat hacur dan tak percaya. Namun kini semua
itu hanyalah sebuah kenangan, toh akhirnya aku dan Darwin bisa juga bersama.
Dulu aku pernah bilang, aku ingin sekali
keluar dari kehidupanku yang serba membosankan. Aku ingin sekali punya cerita
cinta yang unik, yang indah dan berakhir bahagia. Tentu saja aku tidak berharap
kisah cintaku bisa menjadi sedemikian rumit. Tapi aku lega karena pada akhirnya
semua ini berakhir bahagia. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaanku
saat ini, mungkin senang…mungkin deg-degan…tapi yang pasti cinta telah
membuatku bahagia.
Kata orang cinta itu buta. Mungkin ada
benarnya juga…entah bagaimana aku menjelaskannya. Aku hanya ingin kita selalu
percaya bahwa cinta itu selalu ada, jangan pernah ragu mencintai seseorang
hanya karena takut menghadapi semua resikonya. Bukankah cinta itu selalu kuat
dan siap menopang kita? Dan cinta bisa memberi sayap pada kita semua, membawa
kita terbang tinggi. Tapi ada saatnya bagi kita untuk jatuh….benar kata orang,
semakin tinggi kita terbang, semakin keras dan sakit saat kita jatuh. Tapi
jangan khawatir, sayap yang patah itu akan segera terbentuk kembali kalau kita
tidak pernah berhenti percaya kalau cinta itu nyata.
Hmm... apa lagi yang harus aku ceritakan? Oh ya,
Eliana sekarang sudah resmi menikah dengan Bobby. Pernikahan mereka sudah
diselenggarakan empat bulan yang lalu tepat dimana aku dan Darwin terpisahkan.
Sekarang kami hanya tinggal memetik hasil dari sebuah perjalanan panjang.
Perjalanan yang penuh dengan lika-liku kehidupan. Namun itulah indahnya hidup.
Saat kita dilanda satu kepedihan, disitulah kita akan mendapatkan berjuta
kebahagiaan. Itulah yang aku alami saat ini. Aku dan Darwin baik-baik saja.
Meskipun dia selalu penuh dengan kejutan. Kadang-kadang baik dan perhatian,
tapi kadang-kadang juga juteknya minta ampun. Namun itu semua tak menyurutkan
sayangku padanya. Apa kalian ada waktu untuk menyampaikan salamku padanya?
Katakan padanya,,,kalau aku mencintainya dan selalu berharap dialah yang akan menjadi
imamku selamanya.